.
Pendahuluan
Tercapainya
keberhasilan pembangunan terletak pada tersedianya manusia
Indonesia yang berkualitas tinggi. Salah
satu upaya peningkatan kualitas manusia adalah
dengan
cara pembinaan dan pengembangan olahraga yang ditujukan untuk peningkatan
kesehatan
jasmani dan rohani seluruh masyarakat, pemupukan watak, disiplin dan
sportivitas
serta pengembangan prestasi olahraga yang dapat membangkitkan rasa
kebangsaan
Indonesia.
Berbagai
jenis olahraga yang telah membawa harum nama Indonesia baik di tingkat
nasional,
regional maupun tingkat internasional diantaranya olahraga badminton, dayung,
angkat
berat, dll.
Prestasi
olahraga dapat ditingkatkan dengan diet yang benar disertai dengan
program
latihan yang tepat.
Prestasi
tertinggi tidak akan tercapai apabila selama latihan
sampai
pada saat pertandingan, pemberian nutrisi secara optimal tidak diatur dan
dipelihara.
Akibatnya latihan yang intensif, pemberian nutrisi yang adekuat merupakan
bagian
yang terpenting dalam menunjang prestasi atlet.
Pengetahuan
gizi khususnya tentang pengaturan makanan untuk atlet sangat
bermanfaat,
karena memberikan beberapa keuntungan bagi atlet tersebut antara lain:
1)Memberikan
pengetahuan tentang makanan yang dapat mencapai atau mempertahankan
kondisi
tubuh yang telah diperoleh dalam latihan;
2)Memberikan
makanan yang dapat
menyediakan
energi yang diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik dan olahraga; 3)Menentukan
bentuk makanan dan frekwensi makan yang tepat pada waktu latihan
intensif
sebelum, selama dan sesudah pertandingan;
4). Menggunakan prinsip gizi dalam
menurunkan
dan menaikkan berat badan sesuai yang diinginkan;
5). Menggunakan prinsip gizi untuk
mengembangkan atau membuat rencana diet individu sesuai dengan
aturan
tubuh, keadaan fisiologi dan metabolismenya serta mempertimbangkan selera serta
kebiasaan dan daya cerna atlet.
Kecukupan
nutrisi optimal pada olahragawan adalah karbohidrat sebesar 60-70%
dari
total energi, protein 12-15%, sisanya didapatkan dari lemak. Vitamin dan
mineral
mempunyai
peran dalam meningkatkan kemampuan fisik atlet terutama pada saat latihan dan
pertandingan.
Permasalahan
Pengaturan
berat badan yang tidak diikuti oleh program latihan dan tunjangan
nutrisi
yang adekuat sering menimbulkan penurunan prestasi atlet. Apakah dengan
penanganan
nutrisi dapat mengantisipasi penurunan prestasi yang mungkin terjadi?
Metode penelitian
Rancangan,
lokasi dan sampel penelitian; penelitian ini merupakan studi eksperimen
dengan
menggunakan design one group pretest-posttest yaitu untuk mengetahui sejauh
mana
peran pengaturan berat badan dalam menunjang kemampuan fisik atlet dayung.
Penelitian
dilaksanakan di Pelatnas Dayung Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat. Populasi
penelitian
adalah atlet dayung rowing sebanyak 10 orang tetapi yang memehuhi syarat
hanya 5
orang.
Data
yang dikumpulkan; Data
antropometri, pemeriksaaan laboratorium, asupan zat gizi,
pengukuran
tenaga (watt), daya tahan kadiovaskuler (VO2 maks) power melalui
pengukuran
dengan ergometer (VO2 maks)
dan pengukuran jarak (m) melalui rowing
ergometer.
Data primer lainnya dapat diukur melalui wawancara terbatas guna
mendapatkan
informasi umum, asupan makanan dan daftar aktivitas.
Pengaturan
berat badan; a).
subyek yang akan diturunkan berat badannya; pengurangan
jumlah
energi dari kebutuhannya sehari-hari sebesat 500-1000 kkal/hari sehingga
diharapkan
akan terjadi penurunan berat badan sebesar 0,5-1 kg/seminggu. b). subyek
yang
akan dinaikkan berat badannya; penaikan berat badan dengan penambahan jumlah
energi
dari kebutuhannya sehari-hari sebesar 500-1000 kkal/hari sehingga diharapkan
akan
terjadi peningkatan berat badan sebesar 0,5-1 kg/minggu.
Penentuan
kebuhan gizi; besarnya
kebutuhan energi tergantung dari 3 area yang
dikeluarkan
yaitu basal metabolisme rate (BMR), aktivitas fisik dan spesifik dynamic
action
(SDA) b). perhitungan BMR; yang ditentukan dengan menggunakan rumus yang
sesuai
dengan jenis kelamin, berat badan dan umur.
Cara
kerja; Variabel
independent yaitu pengaturan berat badan melalui pengaturan
jumlah
asupan energi dan zat gizi mikro setiap hari. Variable dependen meliputi tenaga
(watt),
daya tahan kardiovaskuler (VO2 maks
ml/kgBB/menit), jarak (meter dengan
melihat:
kadar Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Natrium (Na), Kalium (K), ureum dan
kreatinin
kinase (CK) darah. Persentase lemak tubuh (%) dan indeks massa tubuh (IMT).
Menggunakan
uji t-test dependent dengan kemaknaan P<0,05.
Hasil dan bahasan
A.
Gambaran subyek
Semua
subyek yang dianalisis dalam penelitian ini semuanya dinyatakan sehat
karena
tidak ditemukan subyek yang mempunyai penyakit tertentu yang dapat
mengganggu
proses latihan. Subyek penelitian memiliki rara-rata umur 23,2Ä…4,6 tahun.
Dari
hasil pengukuran antropometri, subyek memiliki rata-rata tinggi badan
179,1Ä…6,84
cm dan
berat badan rata-rata 75,56Ä…0,83 kg. Usia subyek penelitian merupakan usia yang
tepat
dalam menunjang kemampuan fisik atlet dayung atau sering disebut sebagai usia
emas.
Lihat tabel 1.
Tabel
1.
Nilai
rata-rata dan simpang baku
umur, tinggi badan, berat badan
subyek
penelitian
Subyek
Umur (tahun)
Tinggi badan (cm)
Berat badan (kg)
01
02
03
04
05
21
20
24
31
20
172
190,5
178
177
178
74,5
76,5
75,2
76,3
75,3
Rata-rata
23,20Ä…4,60
179,10Ä…6,84
75,56Ä…0,83
B.
Kebutuhan energi dan asupan nutrisi
Dari
hasil pengamatan dan perhitungan yang diperoleh yaitu subyek
mengeluarkan
energi untuk aktivitasnya sehari-hari sebesar rata-rata 2.354,4Ä…66,08
kkal/hari
dan besarnya kebutuhan energi subyek 4181,22Ä…79,20 kkal/hari. Sedangkan
asupan
energi yang diperoleh dari hasil recall sebelum perlakuan adalah
4.596,02Ä…220,60
kkal/hari
dan proporsi energinya terhadap protein, lemak dan karbohidrat masing-masing
rata-rata
16,26Ä…069%, 23,20Ä…0,87% dan 60,5Ä…1,10%. Selanjutnya pada saat perlakuan
dilakukan
penyesuaian pengurangan 500 kkal/hari, untuk jelasnya dapat dilihat pada
table
2.
Tabel
2.
Nilai
rata-rata dan simpang baku
asupan zat-zat gizi sebelum dan
Selama
perlakuan subyek penelitian
Variabel
Sebelum perlakuan
Sesudah perlakuan
Energi
(kkal/hari)
%
terhadap kebutuhan energi
4.596,02
Ä… 220,60
109,92Ä…278,54
3.906,02
Ä… 239,01
93,42
Ä… 301,7
Protein
(g/hari)
%
terhadap energi total
186,76
Ä… 3,25
16,26
Ä… 0,69
146,46
Ä… 8,98
15,00
Lemak
(g/hari)
%
terhadap energi total
118,36
Ä… 7,0
23,20
Ä… 0,87
86,80
Ä… 5,33
20,00
Karbohidrat
(g/hari)
%
terhadap energi total
696,02
Ä… 42,33
60,50
Ä… 1,10
634,72
Ä… 38,84
65,00
C.
Status gizi
Pengurangan
500 kkal/hari dalam makanan sehari-hari telah memberikan
perubahan
indeks massa
tubuh (IMT) pada subyek penelitian yang semula ada yang
berstatus
gizi overweight menjadi berstatus gizi normal. Sementara subyek lainnya terjadi
penyesuaian
IMT yang semula 23,62Ä…1,54 kg/m
menjadi
rata-rata 22,24Ä…1,49 kg/m
untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel
3
Status
gizi berdasarkan indeks massa
tubuh (IMT) Subyek penelitian
Subyek
TB
(cm)
Indeks
massa tubuh
(IMT)
Sebelum
perlakuan
Sesudah
perlakuan
BB
(kg)
IMT
(kg/m2)
Status
gizi
BB
(kg)
IMT
(kg/m2)
Status
gizi
01
02
03
04
05
172
190,5
178
177
178
74,5
76,5
75,2
76,3
75,3
25,18
21,08
23,73
24,35
23,76
Overweight
Normal
Normal
Normal
Normal
70,0
71,5
71,8
71,5
71,4
23,66
19,70
22,50
22,82
22,53
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Rata-rata
179,10Ä…6,84
75,56Ä…0,83
23,62Ä…1,54
Normal
71,14Ä…0,64
22,24Ä…1,49
Normal
Perbedaan
tebal lemak kulit sebelum dan sesudah perlakuan terjadi penurunan
yang
bermakna pada nilai rata-rata total lemak (chest, abdominal, front thigh) yaitu
dari
20 Ä…
2,0 mm menjadi 17,20 Ä… 1,48 mm. Sedangkan persentase lemak tubuh antara
sebelum
dan sesudah perlakuan yang rata-rata 5,08 Ä… 0,55% dan 4,32 Ä… 0,22%
menunjukan
penurunan yang bermakna pula. Terjadinya penurunan lemak tubuh, selain
adanya
penyesuaian jumlah lemak dari 118,36 Ä… 7,0 gr/hari (23,20 Ä… 0,87 %) menjadi
86,80 Ä…
5,33 (20,0%) dan didukung oleh latihan endurance yang membutuhkan
pembakaran
lemak. Lihat table 4.
Tabel
4.
Nilai
rata-rata dan simpang baku
pengukuran tebal lemak kulit (chest, abdominal, front thigh) sebelum,
selama
dan sesudah perlakukan subyek penelitian
Kategori
Sebelum
Sesudah
Kemaknaan
Sebelum
perlakuan
20
Ä… 2,0
17,20
Ä… 1,48
Penurunan
bermakna
Tes
I (minggu 2)
5,08
Ä… 0,55
4,32
Ä… 0,22
Penurunan
bermakna
D.
Perubahan berat badan
Berat
badan subyek penelitian sebelum perlakuan adalah 75,56Ä…0,83 kg. Pada
minggu
pertama terjadi penurunan yang rata-rata 75,05Ä…0,78kg. Penurunan berat badan
ini
terjadi secara bermakna sampai pada minggu kedelapan yaitu menjadi rata-rata
71,14Ä…0,64
kg. Artinya telah terjadi penurunan berat badan rata-rata setiap minggu
0,552Ä…0,063
kg. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pengurangan 500-
1000
kkal/hari akan dapat menurunkan berat badan 0,5 – 1 kg/minggu. Untuk lebih
jelas
dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel
5.
Nilai
rata-rata dan simpang baku
perubahan berat badan
Selama
perlakuan subyek penelitian
Waktu
Berat badan (kg)
Sebelum
perlakuan
75,56
Ä… 0,83
Minggu
1
75,05
Ä… 0,78
Minggu
2
74,58
Ä… 0,67
Minggu
3
73,88
Ä… 0,61
Minggu
4
73,40
Ä… 0,60
Minggu
5
72,82
Ä… 0,56
Minggu
6
72,24
Ä… 0,49
Minggu
7
71,72
Ä… 0,58
Minggu
8
71,14
Ä… 0,64
X/Minggu
0,552
Ä… 0,063
Sesudah
perlakuan
71,10
Ä… 0,67
E.
Kemampuan fisik
Kemampuan
fisik merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan
prestasi
olahraga yang sangat erat hubungannya dengan keadaan gizi. Berat badan
merupakan
indikator yang sangat penting untuk kemampuan fisik, sehingga diperlukan
pengaturan
berat badan.
Data
kemampuan fisik diambil secara kuantitatif dengan rowing ergometer
selama
6 menit yang meliputi tenaga (watt), kemampuan kardiovaskuler (VO2maks) dan
jarak
tempuh (meter). Selama perlakuan dilakukan 4 kali tes dengan selang perlakuan
waktu 2
minggu. Lihat pada tabel 6.
Tabel
6.
Nilai
rata-rata dan simpang baku
tenaga (watt) sebelum, selama
Dan
sesudah perlakukan subyek penelitian
Waktu tes
Tenaga (watt)
Kemaknaan
Sebelum
perlakuan
340,16
Ä… 16,89
-
Tes
I (minggu 2)
302,48
Ä… 4,75
Penurunan
bermakna
Tes
II (minggu 4)
329,12
Ä… 24,21
Penurunan
tidak bermakna
Tes
III (minggu 6)
341,66
Ä… 21,50
Peningkatan
tidak bermakna
Tes
IV (minggu 8)
348,04
Ä… 18,70
Peningkatan
bermakma
Sesudah
perlakuan
349,24
Ä… 18,32
Peningkatan
bermakna
Kemampuan
kardiovaskuler yang dinyatakan dalam VO2 maks (ml/kgBB/menit)
sebelum
perlakuan dan sesudah perlakuan terdapat peningkatan yang bermakna (n=5
p<0,05)
dengan nilai rata-rata 58,67 Ä… 3,08 ml/kgBB/menit dan 63,84 Ä… 3,38
ml/kgBB/menit.
Hasil yang diperoleh pada tes pertama (minggu 2 perlakuan)
menunjukan
penurunan kemampuan kardiovaskuler secara bermakna sedangkan pada tes
keempat
(minggu 8 perlakuan) telah terjadi peningkatan kemampuan kardiovaskuler
secara
bermakna. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan kardiovaskuler semua subyek
penelitian
selama penelitian dalam keadaan baik. Akan tetapi pada tes pertama
menunjukan
penurunan yang bermakna kemampuan VO2 maks sebagai akibat dari
adaptasi
tubuh terhadap penyesuaian energi yang diberikan. Pada tes kedua menunjukan
penurunan
yang tidak bermakna atau peningkatan yang belum bermakna. Sedangkan
pada
tes ketiga dan tes keempat memberikan peningkatan yang bermakna karena adanya
Arifasno Napu -- Pengaturan Berat Badan Dalam Menunjang
Kemampuan Fisik Atlet – www.gizi.net
6
adaptasi
tubuh terhadap energi yang diberikan juga ditunjang oleh latihan yang rutin dan
terprogram
serta sistematis. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel
7.
Nilai
rata-rata dan simpang baku
VO2
maks
sebelum, selama
dan
sesudah perlakuan subyek penelitian
Waktu tes
VO2 maks
(ml/kg BB/menit)
Kemaknaan
Sebelum
perlakuan
58,67
Ä… 3,08
-
Tes
I (minggu 2)
55,37
Ä… 1,19
Penurunan
bermakna
Tes
II (minggu 4)
58,60
Ä… 4,39
Penurunan
tidak bermakna
Tes
III (minggu 6)
61,61
Ä… 3,86
Peningkatan
bermakna
Tes
IV (minggu 8)
63,64
Ä… 3,46
Peningkatan
bermakma
Sesudah
perlakuan
63,84
Ä… 3,38
Peningkatan
bermakna
Jarak
tempuh sebelum perlakuan rata-rata 1569 Ä… 82,56 meter dan sesudah
perlakuan
1707,80 Ä… 90,40 meter, menunjukan adanya peningkatan jarak tempuh secara
bermakna
(n=5 p<0,05). Penurunan secara bermakna jarak tempuh terjadi pada tes
pertama
(minggu 2 perlakuan). Pada tes kedua (minggu 4 perlakuan) terjadi penurunan
secara
tidak bermakna jarak tempuh. Sementara tes ketiga (minggu 6 perlakuan) dan tes
keempat
(minggu 8 perlakuan) terjadi peningkatan bermakna jarak tempuh. Lebih
jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel
8.
Nilai
rata-rata dan simpang baku
jarak tempuh (m) sebelum, selama
dan
sesudah perlakuan subyek penelitian
Waktu tes
VO2 maks
(ml/kg BB/menit)
Kemaknaan
Sebelum
perlakuan
1569
Ä… 82,56
-
Tes
I (minggu 2)
1427,80
Ä… 31,71
Penurunan
bermakna
Tes
II (minggu 4)
1567,80
Ä… 117,65
Peningkatan
tidak bermakna
Tes
III (minggu 6)
1648
Ä… 103,10
Peningkatan
bermakna
Tes
IV (minggu 8)
1702
Ä… 92,30
Peningkatan
bermakma
Sesudah
perlakuan
1707
Ä… 90,40
Peningkatan
bermakna
F.
Laboratorium
Hasil
pemeriksaan laboratorium yang meliputi Hb, Ht, Na, K, ureum, CK sebelum
perlakuan
dan sesudah perlakuan terdapat perbedaan, tapi masih menunjukan dalam
batasan
normal, kecuali CK di bawah dari nilai rata-rata yang mana sebelum perlakuan
88 Ä…
5,99 mikro liter dan sesudah perlakuan 114,80 Ä… 5,76 mikro liter. Pada
pemeriksaan
Hb dan
Ht sebelum dan sesudah perlakuan terjadi penurunan yang bermakna. Sedangkan
pada
pemeriksaan pada pemeriksaan Na, K, Ureum dan CK terjadi peningkatan
bermakna.
Lihat tabel 9.
Tabel
9.
Rata-rata
hasil pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, Na, K, Ureum dan CK) sebelum, dan
sesudah
perlakuan subyek penelitian
Pemeriksaan
sebelum
sesudah
Nilai Normal
Kemaknaan
Hemoglobin
15,11
Ä… 0,77
15,11
Ä… 0,31
12-16
g%
Penurunan
tidak bermakna
Hematokrit
45,80
Ä… 2,28
44,00
Ä… 2,51
35
– 48 vol%
Penurunan
tidak bermakna
Natrium
141,26
Ä… 1,51
141,80
Ä… 1,51
135
– 147 mEq/L
Peningkatan
bermakna
Kalium
4,8
Ä… 0,39
5,12
Ä… 0,28
3,5
– 5,5 mEq/L
Peningkatan
tidak bermakna
Ureum
24,42
Ä… 1,78
30,92
Ä… 2,11
20
– 40 mikro/dl
Peningkatana
bermakna
Kreatinin
Kinase
88
Ä… 5,99
114,80
Ä… 5,76
150
– 250 mikro/dl
Peningkatan
bermakna
Hasil
yang diperoleh pada penelitian saat sebelum dan sesudah perlakuan
didapatkan
nilai rata-rata Hb 15,11 Ä… 0,77 g% menjadi 15,11 Ä… 0,31 g%, sedangkan Ht
didapatkan
45,80 Ä… 2,28 vol% menjadi 44,00 Ä… 2,51 vol% menunjukan adanya
kecenderungan
penurunan konsentrasi sekaligus rehidrasi yang lebih baik dari
sebelumnya.
Kadar
Na sebelum dan sesudah perlakukan adalah 141,26 Ä… 1,51 mEq/L menjadi 141,80
Ä… 1,51
mEq/L. Sedangkan kadar kalium darah sebelum dan sesudah perlakuan adalah 4,8
Ä… 0,39
menjadi 5,12 Ä… 0,28. Keduanya menunjukan dalam batas normal sehingga tidak
menunjukan
adanya dehidrasi.
Menurut
menurut Kinderman dan Urhausen (1988) dalam Winaktu Gracia (1998)
terjadinya
peningkatan kadar ureum dalam darah kemungkinan disebabkan oleh
pemberian
protein yang berlebihan, beban latihan yang berat, adanya dehidrasi dan
berkurangnya
simpanan karbohidrat dalam otot, sedangkan peningkatan CK berlebihan
dapat
menunjukan adanya pemakaian sekelompok otot tertentu yang berlebihan.
Pada
pemeriksaan kadar ureum darah sebelum dan sesudah perlakuan adalah 24,42 Ä…
1,78
mg/dl menjadi 30,92 Ä… 2,11 mg/dl dapat menunjukan adanya beban latihan yang
berat,
berkurangnya simpanan glikogen dalam otot sehingga banyak protein otot yang
terpecah
dijadikan energi.
Sedangkan
kadar CK sebelum dan sesudah pun meningkat yaitu rata-rata 88 mikro liter
menjadi
114,80 mikro liter. Hal ini menunjukan adanya pemakaian sekelompok otot
tertentu
yang berlebihan. Oleh karena itu sangatlah diperlukan pengaturan berat badan
sedini
mungkin dan latihan yang relevan sesuai dengan kelasnya masing-masing agar
tidak
terjadi penggunaan protein tubuh yang sangat diperlukan untuk penggantian
sel-sel
yang
rusak terutama untuk sel-sel otot.
Kesimpulan
1. Umur
rata-rata subyek penelitian 23,2 tahun yang dalam dunia olahraga tergolong
usia
emas dengan tinggi badan rata-rata 179,1 cm melakukan aktivitas dalam
golongan
berat sekali.
2.
Rata-rata asupan energi sebelum perlakuan 4596,02 kkal/hari dengan komposisi
16,2%
protein, 23,20% lemak dan karbohidrat 60,50%. Sedangkan selama
perlakuan
rata-rata asupan 3906,02 kkal/hari (4596,02 kkal/hari dikurangi rata-
rata
690 kkal/hari) dengan komposisi 15% protein, 20% lemak dan 65%
karbohidrat.
Proporsi kebutuhan gizi ini perlu diterapkan dalam mendukung
pengaturan
berat badan dan meningkatkan prestasi atlet.
3.
Pengaturan berat badan sangat dibutuhkan oleh setiap atlet untuk
mempertahankan
serta meningkatkan status gizi dan status kesehatan sehingga
dapat
menunjang prestasi atlet.
4. Subyek
penelitian no. 2 dengan tinggi badan 190,5 cm dan berat badan sesudah
perlakuan
71,5 kg (IMT 19,7) memberikan kemampuan fisik yang jauh berbeda
dengan
subyek yang lainnya. Hal ini dimungkinkan adanya pemaksaan kepada
yang
bersangkutan untuk turun dikelas ringan, sehingga berdampak pada
kemampuan
fisik yang rendah. Untuk itu perlu dilakukan pemilihan atlet dayung
rowing
dengan IMT >20,0
Dayung
Putri di Pelatnas Dayung Jatiluhur, FKUI, Jakarta,
1998
5.
Clark Nancy. Petunjuk Gizi Untuk Setiap Cabang Olahraga Divisi Buku Sport,
1996: 143-168.
6.
Abidin, Zaenal. Makanan Menjelang, Selama Pertandingan dalam Forum Olahraga PIO
KONI
Pusat,
Jakarta, 1992.
sumber: https://felis4.wordpress.com/.../pengaturan-gizi-yang-baik-untuk-atlet/
Artikel terkait
: